NUSA NEWS.COM || Yogyakarta,
"Hidup Mahasiswa", "Hidup Buruh", "Hidup Rakyat"
Begitulah gema aksi didominasi mahasiswa Yogyakarta terkait tuntutan penolakan Tapera (Tabungan Perumahan Rakyat) yang terjadi di depan DPRD DIY pada , Senin (10/7/2024) sore.
Para mahasiswa itu tergabung dalam organisasi Cipayung Plus yang terdiri dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI), Gerakan Mahasiswa Islam (GMI), dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) baru saja melakukan aksi penolakan Tapera (Tabungan Perumahan Rakyat) di depan DPRD DIY pada , Senin (10/7/2024) sore tadi.
Namun ditengah-tengah aksi terjadi suasana mencekam tepatnya disaat massa membakar sebuah spanduk dan ban.
"Untuk membakar semangat kawan-kawan biar aksinya lebih mengena. Cuman hari ini tadi itu dari pihak satpam dan kepolisian menarik kami secara paksa sehingga ada perlawanan dari kami", kata Ketua PMII cabang Yogyakarta, Salpadiyansah kepada wartawan disela-sela, Senin (10/7/2024) sore.
Imbas kericuhan tersebut, tiba-tiba salah satu massa aksi
kader PMII Yogyakarta bernama Ahmad Tomi Wijaya ditarik paksa oleh terduga delapan oknum aparat kepolisian dan satpam hingga mengakibatkan kepalanya berdarah.
Dirinya pun tidak terima dengan perlakuan aparat dan pada hari ini pihaknya bersmaa massa lainnya akan usut tuntas bersama-sama untuk kemudian dinaikkan ke pusat.
"Disitu karena kita kalah dari badannya satpam satpam polisi sehingga saya sendiri tadi ditarik dari pihak satpam, diinjak sampai diturunkan ke bawah diinjak-injak. Ada orang 8 tadi dan saya ingat betul siapa muka-muka nya", ucap Tomi.
Tomi menambahkan, menurutnya respresivitas aparat ini harus dituntut dengan hukum karena telah melanggar hak asasi manusia.
"Kalau tidak ada tindak lanjut dengan perilaku ini, kami akan datang dengan masa yang lebih banyak. Karena ini sudah melanggar hak asasi manusia", tegasnya.
( Red: 02)
0 Komentar