NUSA NEWS.COM || GUNUNGKIDUL - Kelestarian alam tidak akan terlepas dari keberlangsungan makhluk hidup, semua memiliki keterkaitan dan saling membutuhkan satu dengan lainnya, menilik dari pandangan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gunungkidul terhadap kelestarian fungsi lingkungan dan alam di Gunungkidul, bahwa alam lingkungan bumi ini menjadi satu kesatuan kita bersama makhluk makhluk yang lain, termasuk komponen – komponen biotik dan abiotik yang ada di kita perlu kita jaga.
“Perlu kita pelihara untuk bisa menjadi bagian dari kebiasaan kita, karena suka tidak suka, mau tidak mau, bahwa kita saat ini dan yang akan datang menjadi bagian dari alam kita ini, maka perlu kita jaga dan kita pelihara bersama-sama alam dan lingkungan kita ini,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Antonius Hary Sukmono, S.T.
Hary juga menjelaskan, dalam rangka menjaga Kelestarian Lingkungan tentu Pemerintah Kabupaten Gunungkidul melalui Dinas Lingkungan Hidup berupaya merumuskan langkah-langkah yang terkait dengan kebijakan dalam hal ini perlu pelibatan masyarakat untuk terlibat secara aktif dan nyata di dalam memelihara serta melestarikan lingkungan.
“Maka kita ada program terkait dengan pelibatan masyarakat misalnya Adhi Wiyata, kemudian program kampung iklim, juga ada pemerhati kali dan sebagainya. Ini bagian dari upaya kita bersama masyarakat untuk ikut berperan dan memelihara merawat alam dan lingkungan kita ini, karena manusia atau kita sangat tergantung dari alam, keberlangsungan hidup generasi sekarang dan generasi ke depan.” Jelas Hary.
Kemudian yang selanjutnya Kepala Dinas Lingkungan tersebut memaparkan, bahwa unsur alam itu khususnya biotik selain udara, tanah dan yang tidak kalah penting adalah air,
“Berbagai upaya yang harus dilakukan dalam hal ini yakni merawat air, tentu saja dengan pertama memelihara dan menjaga keberadaan air dan sumber air itu, yang kedua adalah menjaga dan memelihara kualitas air tersebut karena ini harus kita lakukan bersama-sama maka yang kita lakukan di situ adalah menjaga kuantitas air dan menjaga kualitas air,” paparnya saat dihubungi melalui telepon.
Upaya yang harus dilakukan menjadi bagian dari konservasi air dengan kegiatan penghijauan, reboisasi, kemudian juga secara sipil teknis seperti membuat bendungan, memelihara telaga, menjaga sumber air. Kemudian terkait menjaga kualitas air, bagaimana kita mengajak dan melibatkan masyarakat untuk tidak mencemari air atau sungai baik itu dari kegiatan rumah tangga kegiatan industri ataupun kegiatan apapun itu.
Hary juga menjelaskan secara detail kaitannya dengan karakteristik alam Gunungkidul, “Di Gunungkidul ini memiliki karakteristik bentang alam karst dimana karst itu sebagai fungsi hidrologi yang utama disitu ada exocarst ada endocarst fungsi air yang ada di dalam, keberadaan air yang ada di dalam kawasan karst itu ada yang ada di perut bumi yang menjadi sungai bawah tanah, lorong sungai bawah tanah kemudian yang ada di permukaan bumi atau yang di exocars yang menjadi dalam bentuk telaga dan sebagainya nah ini harus kita upayakan kita jaga keberadaannya,”
Menutup penjelasannya, Dinas Lingkungan Hidup mengharapkan peran serta masyarakat untuk gotong-royong, bersinergi menjaga keberadaan alam, bumi dengan tindakan dari skala kecil, bersama-sama merawat alam agar kualitas alam dan nyaman untuk kehidupan dan hidup masyarakat manusia, makhluk hidup yang lain.
Pemerhati Lingkungan yang aktif di Komunitas Resan Gunungkidul, Edi Padmo menyatakan, pentingnya menjaga kelestarian lingkungan begitu erat kaitannya dengan apa yang disediakan alam kepada manusia salah satunya air,
“Keterkaitannya yaitu take and give antara alam dengan manusia, apa yang diberikan alam kepada manusia, manusia juga mesti memberi ke alam, dengan apa? ya dengan menjaga dan merawat alam,” jelasnya saat ditemui di kediamannya.
Menurut Edi, menjaga kelestarian lingkungan tidak perlu dengan hal-hal yang rumit, cukup sederhana dan mungkin untuk dilakukan, contohnya dengan menanam pohon dan merawat sumber-sumber air di lingkungan masing-masing.
“Kita sederhana saja, setiap hari Minggu kita menanam pohon. Pohon beringin atau sejenisnya kan mempunyai fungsi sebagai penjaga sumber air atau penyimpan cadangan air bawah tanah,” katanya.
Untuk lokasi menanam pun juga tidak sembarang asal, menurutnya, Resan Gunungkidul setiap ada kegiatan selalu bersama warga. Entah itu Karang Taruna, Pokdarwis, pemerintah dusun atau desa dan masyarakat sekitar. Hal ini sesuai pola gerakan relawan Resan Gunungkidul, yakni gerakan konservasi berbasis masyarakat. Tujuannya adalah, menginisiasi masyarakat agar nantinya menjadi subyek atau pelaku utama konservasi di lingkungan masing-masing.
“Kalau tidak boleh masa iya kita tanami, ya mestinya kita kulonuwun dulu, tapi tidak sedikit juga kita diundang pada acara satu rangkaian dalam upacara adat bersih desa dengan prosesi tanam pohon dan bersih sumber air,” kata Edi.
Dirinya juga menceritakan, Resan Gunungkidul sampai saat ini sudah merestorasi sebanyak 17 sumber mata air di berbagai wilayah Gunungkidul.
“Kemarin baru saja kita bersama-sama mengembalikan sumber mata air atau biasanya disebut “tuk” didaerah Bogor, Playen bernama Belil Bendho. Biasanya sumber mata air itu hilang karena mulai kurang pedulinya masyarakat untuk merawatnya,” jelasnya.
Ia menuturkan, salah satu penyebab hilangnya sumber mata air tersebut dikarena tertimbun tanah dan bahkan sampah, karena jarang dibersihkan.
“Kami ingin mengajak masyarakat untuk aktif menjaga kelestarian lingkungan. Dan itu sebenarnya caranya sangat sederhana, tidak perlu yang harus bisa ini itu, harus menanam sekian banyak itu. kita rekan-rekan pemerhati lingkungan untuk bibit pohon kita melakukan pembibitan sendiri,” pungkas Edi.
Edi Padmo berharap, kedepannya masyarakat dapat sadar untuk menjaga alam, karena salah satu sumber kehidupan yakni air sangat dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup, kalau sudah tidak ada yang merawat lantas bagaimana nasib lingkungan kita kedepan.
“Kita menanam pohon itu juga menjadi sumber cadangan air, iya mungkin untuk awalnya seperti tidak berguna. Tapi menanam pohon itu manfaatnya jangka panjang kedepan, bisa saja 10 sampai 20 tahun baru akan sangat terasa dampak manfaat.
positifnya. Air juga sangat dibutuhkan oleh generasi kita nanti. Seperti kita sekarang yang menikmati kemudahan air, karena jasa leluhur kita dulu dalam menjaga pohon atau sumber air,” tutupnya.
(Red/Mawan)
0 Komentar